Di dataran tinggi, tanaman cabe rawit masih dapat berbuah. Hanya saja, periode panennya lebih sedikit dibandingkan dataran rendah. Selain itu, produksi biji pada buah cabe rawit ini lebih sedikit. Ini bisa dianggap keunggulan / kelemahan. Karena tentu saja konsumen menyukainya tapi bobot buah menjadi ringan.
Cabe rawit yang dibudidayakan di Indonesia beragam jenisnya. Secara umum, masyarakat mengenal cabe rawit putih & cabe rawit hijau. Padahal tiap tempat memiliki macam cabe rawit yang berbeda-beda.
Budidaya cabe rawit relatif lebih rendah resikonya dibandingkan cabe besar. Tanaman ini lebih tahan serangan hama, meski hama yang menyerang cabe besar bisa juga menyerang cabe rawit. Kali ini kami akan menguraikan kiat-kiat cara menanam cabe rawit yang baik, mulai dari pemilihan benih sampai penanganan panen.
Pemilihan benih cabe rawit
Dewasa ini sudah banyak tersedia benih cabe rawit hibrida dengan keunggulannya masing-masing. Mesti memilih benih yang sifatnya sesuai dengan kondisi lahan masing-masing. Jika sulit didapatkan atau harganya mahal, kita dapat menyeleksi benih cabe rawit sendiri.
Benih cabe rawit dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya. Gunakan buah dari hasil panen ke-4 sampai ke-6. Buah yang dihasilkan pada periode panen ini biasanya mempunyai biji yang optimal. Pada hasil panen pertama hingga ke-3, biji dalam buah cabe rawit biasanya masih sedikit. Sedangkan menjelang periode akhir panen jumlah biji banyak tetapi ukurannya kecil-kecil.
Untuk memilih benih cabe rawit yang baik, pilihlah beberapa tanaman yang sehat & terlihat kuat. Dari tanaman tersebut pilih buah yang bentuknya sempurna, bebas dari serangan penyakit serta hama. Kemudian biarkan buah tersebut menua di pohon. Kalau memungkinkan biarkan buah sampai mengering di pohon.
Setelah buah dipetik, dipotong secara membujur kulit buahnya. Buang biji yang ada pada bagian pangkal dan ujung buah, ambil biji di bagian tengah. Biji pada bagian tengah biasanya yang paling berkualitas.
Lalu rendam biji cabe rawit tersebut dalam air bersih. Buang biji yang mengambang, biji yang cocok jadi benih ialah yang berisi dan tenggelam dalam air. Kemudian jemur biji itu hingga kering, kira-kira selama 3 hari.
Kecuali untuk benih organik, kita dapat memberikan fungisida untuk menghindari serangan jamur. Kemudian simpan benih ditempat yang kering & masih memiliki sirkulasi udara. Jika penyimpanannya benar, benih cabe rawit dapat bertahan hingga dua tahun.
Benih yang baik memiliki daya tumbuh hingga 80 %. Semakin lama benih disimpan, daya tumbuhnya akan terus berkurang. Jika daya tumbuhnya kurang dari 50 %, sebaiknya jangan gunakan benih tersebut.
Penyemaian benih cabe rawit
Kebutuhan benih untuk setiap hektarnya lahan budidaya cabe rawit sekitar 0,5 kg. Benih tersebut harus disemaikan terlebih dahulu untuk dijadikan bibit. Tempat penyemaian hendaknya diberikan naungan untuk menghindari terik matahari langsung, kucuran hujan deras serta terpaan angin.
Siapkan polybag berukuran 5×10 cm kemudian isi dengan media persemaian hingga ¾ bagiannya. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, arang sekam serta kompos dengan perbandingan 1:1:1. Diayak terlebih dahulu bahan-bahan tersebut & aduk secara merata.
Setelah media persemaian sudah siap, rendam benih cabe rawit dengan air hangat selama kurang lebih 6 jam. Maksudnya untuk merangsang pertumbuhan. Lalu masukkan benih ke dalam polybag sedalam 0,5 cm, tutuplah permukaannya dengan media tanam.
Penyiraman dilakukan setiap pagi & sore. Agar kucuran air tak merusak media tanam, tutup permukaan polybag dengan kertas koran. Lalu siram permukaan kertas koran dengan gembor hingga airnya menetes ke permukaan polybag.
Benih akan tumbuh menjadi bibit cabe rawit maksimal setelah 2 minggu. Tapi biasanya pada hari ke-7 bibit sudah mulai tumbuh. Bibit cabe rawit baru bisa dipindahkan ke lahan terbuka setelah berdaun 4 sampai 6 helai atau kira-kira berumur 1 sampai 1,5 bulan.
Pengolahan tanah & penanaman
Pengolahan tanah hendaknya dimulai bersamaan dengan pembibitan. Sehingga saat bibit cabe rawit siap tanam, lahan sudah siap untuk dipakai.
Pengolahan tanah diawali dengan mencangkul / membajak lahan sedalam kira 40 cm. Apabila lahan terlalu asam, netralkan dengan dolomit biasanya sekitar 1-4 ha/ton tergantung tingkat keasaman tanahnya.
Kemudian buatlah bedengan dengan lebar 100-110 cm dengan tinggi 30-40 cm dan panjang mengikuti kondisi lahan. Jarak antar bedengan ini selebar 60 cm. Campurkan pupuk organik, berupa kompos / pupuk kandang sebanyak 15-20 ton/ha. Jika tanahnya kurang subur bisa juga ditambahkan urea, SP36 dan KCl secukupnya.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebenarnya akan meningkatkan produktivitas, tapi harus dipertimbangkan dengan matang karena biayanya. Melihat harga rata-rata cabe rawit dipasaran tak setinggi cabe besar, penggunaan mulsa dapat merugikan.
Sebagai alternatifnya dapat digunakan mulsa dari jerami. Hanya saja perlu pengawasan lebih supaya pemakaian jerami tak mengundang hama dan penyakit.
Buat lubang tanam dengan jarak 50-60 cm, lubang tanam dibuat dalam 2 baris dalam satu bedengan dengan jarak antar baris 60 cm. Pembuatan lubang dibuat zig-zag tak sejajar. Hal ini berguna untuk meningkatkan penetrasi sinar matahari serta sirkulasi udara.
Pindahkan bibit dalam polybag semai ke dalam lubang tanam dengan menyobek / mencopot polybag semai. Lalu siram dengan air untuk menjaga kelembabannya. Pemindahan bibit hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari. Upayakan penanaman dalam satu hamparan bisa selesai dalam sehari.
Perawatan budidaya cabe rawit
Penyiraman diperlukan ketika musim kemarau saja. Jika konsidisi terlalu kering tanaman cabe rawit bisa mati. Pengairan dapat dilakukan dengan kocoran atau merendam bedengan. Perendaman bendengan cukup dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Pemukan susulan ditambahkan setelah tanaman berusia 1 bulan sejak di bibit ditanam. Selanjutnya berikan pemupukan susulan setiap habis panen. Pemupukan susulan dapat menggunakan pupuk organik cair / kompos. Berikan pupuk cair yang sudah diencerkan sebanyak 100 ml untuk setiap tanaman. Sedang pupuk kompos sebanyak 500-700 gram. Bisa juga ditambahkan urea & NPK sebagai pupuk tambahan.
Perawatan lain yang diperlukan ialah penyiangan. Karena budidaya cabe rawit jarang menggunakan mulsa maka penyiangan mesti dilakukan lebih intensis. Upayakan bedengan untuk besih dari gulma.
Pengendalian hama & penyakit
Tanaman cabe rawit sebenarnya agak tahan terhadap serangan hama. Tapi bukan berarti kebal sama sekali. Hama yang menyerang cabe besar dapat juga menyerang tanaman cabe rawit. Hama tersebut antara lain, aphid, lalat buah, kepik, dll.
Sedang penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe rawit adalah patek, kerdil, keriting daun & busuk buah. Penyakit kebanyakan menyerang pada musim hujan, terutama pada curah hujan tinggi. Untuk pengendalian lebih lanjut.
Pemanenan cabe rawit
Cabe rawit sudah mulai berbuah & bisa dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan sejak bibit ditanam. Periode panen dapat berlangsung selama 6 bulan bahkan lebih. Umur tanaman cabe rawit bisa mencapai 24 bulan. Frekuensi panen di periode masa panen tersebut bisa berlangsung 15-18 kali.
Tapi semakin tua tanaman, produktivitasnya semakin rendah sehingga tak ekonomis lagi untuk dipelihara. Untuk budidaya intensif, biasanya tanaman cabe rawit dipelihara sampai berumur 12 bulan. Budidaya yang baik dapat menghasilkan total produksi hingga 30 ton/ha.
Pemanenan sebaiknya dilakukan di pagi hari. Caranya dengan memetik buah beserta tangkainya. Buah cabe rawit yang dikehendaki ialah yang bentuknya ramping & padat berisi. Tipe buah seperti ini biasanya rasanya pedas & dihargai lebih tinggi di pasar dibanding buah yang besar namun kopong.