Selasa, 30 Agustus 2016

Stevia, Pengganti Gula Tebu Yang Rendah Kalori

Stevia - Gula yang kita tambahkan dalam makanan sehari-hari kebanyakan terbuat dari tebu. Dewasa ini gula dituduh sebagai penyebab utama dari penyakit obesitas, karena hampir setiap makanan lezat menggunakan gula sebagai pemanisnya. Gula yang dibuat dari tebu ataupun jagung diketahui mengandung kalori yang cukup tinggi. Dalam satu sendok teh gula pasir ditengarai mengandung 30 kalori serta 8 gram karbohidrat. Padahal anjuran konsumsi kalori gula per hari maksimal 100 kalori untuk perempuan & 150 kalori untuk laki-laki.

Stevia, Pengganti Gula Tebu Yang Rendah Kalori
Stevia Rendah Kalori
Pertanyaanya berapa sendok gula yang kita konsumsi setiap harinya? Survei di Amerika Serikat menyebutkan bahwa masyarakat rata-rata mengkonsumsi lebih dari 355 kalori dari gula setiap harinya. Gula ini tercampur dalam makanan & minuman. Hal ini yang ditengarai menjadi penyebab obesitas serta penyakit diabetes.

Mengurangi mengkonsumsi gula menjadi tantangan diet. Kurang meriah rasanya hidup ini jikalau kita menghindari yang manis-manis. Oleh karenanya masyarakat mulai berpaling pada pemanis rendah kalori. Salah satu alternatif gula yang populer ialah stevia. Pemanis ini mempunyai tingkat kemanisan sampai ratusan kali lipat dibanding gula dengan kandungan kalori yang minimal.

Apakah stevia itu?


Masyarakat telah lama mengenal stevia sebagai pengganti gula tebu. Daun stevia diketahui mempunyai tingkat kemanisan 30 kali lipat dibandingkan tebu, bahkan setelah diolah menjadi gula meja tingkat kemanisannya mampu mencapai 300 kali lipat dibandingkan gula tebu. Walaupun derajat kemanisannya tinggi, stevia mengandung kalori yang sangat rendah. Sebagai perbadingan, 2 sendok gula tebu mengandung 30 kalori serta 8 gram karbohidrat sedangkan 2 sendok stevia hanya mengandung 5 kalori & 1 gram karbohidrat dengan tingkat kemanisan jauh lebih tinggi.

Stevia / nama ilmiahnya Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, yaitu Paraguay & Brasil. Di kawasan ini daun stevia telah digunakan sebagai pemanis sejak ratusan tahun yang lalu. Selain itu, digunakan juga sebagai pengobatan untuk masalah lambung, seperti penyakit kolik.

Tapi di tingkat global stevia kalah populer dengan tebu / jagung. Gula masih mendominasi produksi pemanis sampai lebih dari 83%. Pemanis lainnya, termasuk stevia hanya sekitar 7%, sisanya starch sweeteners and sugar alcohols (data pada tahun 2003).

Stevia pertama kali digunakan secara komersial di Negara Jepang. Sampai saat ini masyarakat Jepang menjadi konsumen terbesar pemanis stevia. Pemanis stevia menguasai 40% pangsa pasar pemanis di Jepang. Mungkin hal ini yang membuat angka obesitas di Jepang relatif lebih rendah.

Manfaat stevia


Pemanis dari stevia banyak digunakan dalam produk-produk diet rendah kalori & diet diabetes tipe 2. Pada penderita diabetes, pemanis stevia dimanfaatkan sebagai pengganti dari gula. Efek makanan terhadap diabetes biasanya diukur dengan glycemic index (GI). Semakin rendah indeksnya maka semakin baik. Untuk diketahui, gula pasir mempunyai GI 80, buah apel 39, kentang goreng 95, sedangkan stevia mempunyai indeks 0!

Manfaat lain dari stevia adalah untuk menurunkan tekanan darah. Cocok dikonsumsi oleh penderita darah tinggi. Kebiasaan ini sudah digunakan oleh masyarakat di Amerika Selatan, teh dengan pemanis stevia digunakan untuk pengobatan darah tinggi, walaupun secara belum ada penelitiannya secara klinis.

Stevia dianjurkan untuk diet obesitas. Memang mengkonsumsi stevia ini tak berhubungan dengan penurunan berat badan. Tapi mensubtitusi gula tebu dengan pemanis stevia dapat menurunkan asupan kalori harian. Sebagai gambaran, jika kita setiap hari mengkonsumsi satu cangkir gula maka dengan stevia cukup dengan hanya 1 (satu) sendok saja, tanpa mengurangi rasa manis dari makanan / minuman yang kita konsumsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar